Artikel- Penerapan Capacity Building dalam Keluarga
Penerapan
Capacity Building dalam Keluarga
Written by: Rofiqa Zulfa Salsabila
Pemberdayaan
merupakan suatu proses penguatan kapsitas atau pengembangan kapasitas,
sedangkan peran dari pemberdayaan pada hakikatnya adalah untuk memperkuat daya
atau kemampuan agar masyarakat semakin mandiri. Penguatan atau pengembangan
kapasitas adalah proses peningkatan kemampuan individu, kelompok, organisasi
dan kelembagaan yang lain untuk memahami dan melaksanakan pembangunan dalam
arti luas dan secara keberlanjutan.
Secara
umum konsep capacity building dapat dimaknai sebagai proses membangun kapasitas
individu, kelompok atau organisasi. Capacity building dapat juga diartikan
sebagai upaya memperkuat kapasitas individu, kelompok atau organisasi yang
dicerminkan melalui pengembangan kemampuan, ketrampilan, potensi dan bakat
serta penguasaan kompetensi-kompetensi sehingga individu, kelompok atau
organisasi dapat bertahan dan mampu mengatasi tantangan perubahan yang terjadi
secara cepat dan tak terduga. Capacity building dapat pula dimaknai sebagai proses
kreatif dalam membangun kapasitas yang belum nampak.
1. Pelibatan
Orangtua terhadap Pengelolaan Program dan Perkembangan Anak Usia Dini
Keterlibatan
orangtua secara khusus mencakup perilaku orangtua di lingkungan rumah dan
sekolah dalam mendukung kemajuan perkembangan anak mereka. Indikator dari
keterlibatan orangtua dapat diketahui dari kualitas dan frekuensi komunikasi
orangtua dengan guru, begitu pula partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan di
sekolah.
Peran
serta dan partisipasi orangtua dalam pengelolaan program PAUD dapat terlihat
ketika dalam rapat, keikutsertaannya dalam mengemukakan pendapat, dan
keterlibatannya dalam monitoring dan evaluasi kegiatan. Secara garis besar
partisipasi yang akan dideskripsikan meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
dan tahap monitoring dan evaluasi. Partisipasi dalam tahap perencanaan adalah
keikutsertaan orangtua dalam penyusunan rencana suatu kegiatan di pendidikan
anak usia dini. Pada tahap ini yang dinilai adalah kehadiran dan keterlibatan
mereka dalam membantu sekolah menyusun suatu program atau memberikan pendapat
dan masukan pada awal pelaksanaan kegiatan lembaga.[1]
Keterlibatan
orangtua dalam tahap perencanaan dilaksanakan melalui musyawarah atau rapat.
Sebagai contoh, dalam musyawarah ini, orang tua dan pihak PAUD membicarakan
tentang masalah iuran untuk pengembangan sekolah, pembenahan sekolah, kegiatan
gemar menabung dan untuk kegiatan perayaan hari besar baik keagamaan maupun
hari besar nasional. Kemudian untuk partisipasi orangtua dalam tahap pelaksanaan
dapat meliputi: bantuan pembiayaan (berupa uang/materi), bantuan tenaga dan
pikiran, bantuan keterampilan, keterlibatan dalam kegiatan PAUD, serta
memfasilitasi kebutuhan belajar anak. Pada tahap monitoring dan evaluasi
meskipun tidak formal, ada komunikasi antara orang tua dan guru yang juga
membahas tentang pendidikan anak. Pendidikan anak terutama yang berkaitan
dengan keberlanjutan belajar, motivasi belajar, sarana belajar sampai dengan
perilaku belajar anak di rumah dan di sekolah.[2]
Pada
dasarnya, keterlibatan orangtua di dalam program sekolah akan menjembatani dua
konteks perkembangan anak pada dua lingkungan, yakni lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah. Begitu pula untuk perkembangan sosial, keterlibatan
orangtua akan memfasilitasi perkembangan tersebut secara konsisten dan disiplin
antara apa yang diterapkan di sekolah dan di rumah. Namun sebaliknya, apabila
orangtua tidak memahami tujuan pembelajaran di sekolah dan tidak menstimulasi
juga di rumah, maka yang terjadi anak akan terganggu perkembangannya, terutama
aspek akademiknya seperti motivasi berprestasi, ketekunan tugas, kesiapan
membaca, dan kosa kata reseptif. Begitu pula dalam hal perkembangan sosial
emosional, apabila orangtua tidak menerapkan konsistensi disiplin seperti yang
dilakukan di sekolah, maka yang terjadi adalah perilaku positif yang diharapkan
dari anak tidak akan terbentuk.
2. Parenting Self-Efficacy
Salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pengasuhan yang dilakukan oleh
orang tua adalah parenting self-efficacy yang didefinisikan sebagai
persepsi orang tua terhadap kemampuan mereka dalam mempengaruhi perilaku dan
perkembangan anak secara positif. Parenting self-efficacy merupakan
salah satu bagian dari aspek kognitif dalam kompetensi pengasuhan. Parenting
self-efficacy didefinisikan sebagai perkiraan orang tua terhadap kompetensi
yang dimilikinya dalam perannya sebagai orang tua, atau persepsi orang tua
terhadap kemampuannya untuk mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak secara
positif. Parenting self-efficacy yang tinggi berhubungan erat dengan kapasitas
orang tua dalam menyediakan lingkungan pengasuhan yang adaptif, menstimulasi,
dan mendorong perkembangan.[3]
Parenting
self-efficacy dipengaruhi oleh kondisi dan sifat orang tua, kondisi dan
sifat anak, dan kondisi lingkungan. Di antara kondisi dan sifat orang tua yang
juga diteliti memiliki pengaruh kepada parenting self-efficacy adalah coping,
perubahan dalam hidup, pendidikan, usia, status pernikahan, dan penghasilan
keluarga. Beberapa penelitian menghasilkan bahwa kondisi dan sifat anak yang
mempengaruhi parenting self-efficacy adalah temperamen anak, usia anak,
serta kesehatan dan kematangan anak. Lingkungan yang memberikan motivasi dan
dukungan kepada orang tua juga bisa mempengaruhi parenting self-efficacy, salah
satu contohnya adalah keluarga yang sehat dan efektif.[4]
3. Peningkatan
Kapasitas Ibu dalam Mengasuh Anak
Ibu
sebagai orang tua yang lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak terutama
pada saat anak berusia masih kecil dan sebagai sosok yang memegang peranan
sebagai pengasuh dan pendidik di dalam keluarga menjadikan ibu memegang peranan
penting dalam keluarga. Dalam situasi demikian, seorang ibu dituntut memiliki
pengetahuan mengenai tahapan perkembangan anak.
Seorang
ibu harus benar dalam mendidik anak dan keluarganya, sehingga seorang ibu harus
terus belajar dan menjadi pembelajar. banyak tantangan yang harus dihadapi oleh
seorang ibu dalam mendidik dan mengurus seorang anak, mulai dari pergaulan anak
yang semakin bebas dan sulit dikendalikan oleh orang tua, tayangan televisi
yang semakin tidak mendidik, permainan dalam handphone yang semakin menarik
hingga mengganggu anak untuk belajar, faktor lingkungan yang tidak kondusif dan
cenderung negatif bagi perkembangan anak, juga faktor pertemanan anak yang
tidak baik dan dapat mengkontaminasi pikiran, sikap dan tindakan anak.[5]
Hati, Arum Juwita. “Pengembangan Kapasitas Pengasuhan
Pada Keluarga Dengan Anak Berisiko Oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
Harapan Ummat Di Kelurahan Lowokwaru.” Universitas Brawijaya, 2018.
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/163818.
Indira, Pinkan Margaretha.
“KAPASITAS PENGASUHAN ORANGTUA DAN FAKTOR-FAKTOR PEMUNGKINNYA PADA KELUARGA
MISKIN PERKOTAAN.” Jurnal Indigenous 2, no. 1 (2017).
Perdana, Fahmi Rafika.
“Peningkatan Kapasitas Pola Asuh Positif Orang Tua terhadap Anak dalam Keluarga
Perkotaan.” Jurnal Ilmiah Padma Sri Kreshna 1, no. 2 (29 November 2019).
https://doi.org/10.37631/psk.v1i2.72.
Santoso, Meilanny
Budiarti, dan Dessy Hasanah Siti Asiah. “Pelatihan Ibu Pembelajar : Upaya
Peningkatan Kapasitas Ibu Dalam Mengasuh Anak Di Desa Pantai Bahagia Kecamatan
Muara Gembong Kabupaten Bekasi Jawa Barat.” Prosiding Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat 4, no. 3 (25 Juni 2018): 28.
https://doi.org/10.24198/jppm.v4i3.15717.
[1] Pinkan Margaretha Indira, “KAPASITAS
PENGASUHAN ORANGTUA DAN FAKTOR-FAKTOR PEMUNGKINNYA PADA KELUARGA MISKIN
PERKOTAAN,” Jurnal Indigenous 2, no. 1 (2017): 34.
[2] Fahmi Rafika Perdana, “Peningkatan
Kapasitas Pola Asuh Positif Orang Tua terhadap Anak dalam Keluarga Perkotaan,” Jurnal
Ilmiah Padma Sri Kreshna 1, no. 2 (29 November 2019): 67,
https://doi.org/10.37631/psk.v1i2.72.
[3] Perdana, 44.
[4] Arum Juwita Hati, “Pengembangan Kapasitas
Pengasuhan Pada Keluarga Dengan Anak Berisiko Oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak Harapan Ummat Di Kelurahan Lowokwaru” (Malang, Universitas Brawijaya,
2018), 56, http://repository.ub.ac.id/id/eprint/163818.
[5] Meilanny Budiarti Santoso dan Dessy
Hasanah Siti Asiah, “Pelatihan Ibu Pembelajar : Upaya Peningkatan Kapasitas Ibu
Dalam Mengasuh Anak Di Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong Kabupaten
Bekasi Jawa Barat,” Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
4, no. 3 (25 Juni 2018): 23, https://doi.org/10.24198/jppm.v4i3.15717.
Komentar
Posting Komentar
silahkan berkomentar :)