Opini- Moderasi Beragama pada Generasi Muda: Prospek Kemajuan Bangsa


Written by: Rofiqa Zulfa Sasabila

Indonesia merupakan bangsa yang besar dengan keberagaman suku, agama, bahasa, dan adat istiadat. Keberagaman tersebut memiliki potensi dalam mendukung pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan bangsa Indonesia. Kendati demikian, keragaman ini di sisi lain juga dapat mengakibatkan tantangan dan ancaman apabila tidak disikapi dengan benar. Dewasa ini, keragaman etnis, budaya, dan agama tak jarang masih menghadapkan bangsa ini pada kerentanan terhadap konflik. Persoalan besar seperti radikalisme, ekstremisme, dan fanatisme telah tercatat sebagai daftar hitam kasus di Indonesia. 

Kondisi tersebut merupakan bagian dari problematika kehidupan beragama hingga saat ini. Oleh sebab itu, pemerintah melalui Kementerian Agama melakukan berbagai upaya melalui moderasi agama. Moderasi beragama dinilai penting untuk meminimalisir berbagai problematika beragama di Indonesia yang dapat menyebabkan konflik. Kendati demikian, istilah moderasi beragama saat ini sering kali disalahpahami, karena dianggap sebagai kompromi berlebihan terhadap keyakinan agama lain, menggerus nilai-nilai agama, bahkan dikatakan liberal. Padahal, moderasi beragama sendiri diartikan sebagai sikap beragama yang seimbang, yakni antara mengamalkan agama sendiri sekaligus menghormati agama lain dengan menerima perbedaan dan menciptakan toleransi untuk hidup bersama dalam damai. 

Penerapan moderasi beragama hingga saat ini masih mengalami berbagai macam tantangan. Tantangan ini pernah diungkapkan oleh Menteri Agama periode 2014-2019, Lukman Hakim Saifuddin, penguatan moderasi beragama mengalami tiga tantangan, yaitu berkembangnya pemahaman dan pengalaman keagamaan yang berlebihan dan ekstrem, munculnya klaim kebenaran atas tafsir agama, serta adanya pemahaman yang mengancam dengan merusak ikatan kebangsaan. 

Terlebih di era digital, tantangan-tantangan tersebut semakin berpotensi mengancam nasionalisme sehingga mempengaruhi kemajuan bangsa ke depannya. Ekstremisme misalnya, tantangan ini dapat menyebabkan kekerasan berbasis agama jika dibiarkan terus berlanjut. Contoh nyata kekerasan tersebut dapat dilihat dari maraknya kekerasan berbasis agama yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Meski tidak separah kasus di wilayah Timur Tengah, kekerasan dalam nuansa agama tetap perlu diantisipasi, karena ekstremisme memahami islam secara ultra konservatif, sehingga cenderung tidak menerima penafsiran dan kondisi kontekstual. Kondisi tersebut dapat menyebabkan pertentangan terhadap keindonesiaan dan keberagamaan. Pada akhirnya, kondisi ini dapat menyebabkan pertikaian yang mengancam kemajuan bangsa. 

 Fenomena lainnya yang menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia adalah fanatisme agama. Fanatisme agama yang dimaksud disini adalah paham yang beranggapan bahwa pandangan orang lain tidak lebih benar daripada yang mereka anut. Pada akhirnya, fanatisme ini dapat menimbulkan kejadian-kejadian yang tidak berkperikemanusiaan, seperti bom bunuh diri dan aksi teror yang beberapa kali terjadi di Indonesia. Bayangkan seberapa besar kerugian yang dapat ditimbulkan dari aksi-aksi tersebut, tidak hanya secara materil, tetapi juga berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat untuk hidup dalam satu kesatuan. 

Dewasa ini, berbagai ideologi, agama, serta budaya sangat mudah mempengaruhi generasi muda melalui media sosial di tengah cepatnya arus informasi dan globalisasi. Kondisi tersebut juga membuat generasi ini rentan terpapar radikalisme dan doktrin-doktrin berbahaya, sehingga sudah sepatutnya moderasi beragama lebih dikuatkan pada generasi muda yang akan meneruskan estafet perjuangan ke depannya. Sikap intoleran dan radikal pada generasi muda dapat dilihat dari data hasil survei yang dilakukan PPIM pada tahun 2017. Survei ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dan mahasiswa muslim Indonesia memiliki sikap yang radikal dan intoleran yang sangat mengkhawatirkan, sehingga dapat berpotensi melakukan tindakan radikal. 

Sikap radikal dan intoleran ini memungkinkan terjadinya perpecahan di masa mendatang, karena dapat menyebabkan perilaku mengotak-ngotakkan dan egosentris di kalangan generasi muda. Padahal, sejarah telah mencatat bahwa persatuan para pemuda dapat membawa perubahan besar, seperti halnya yang terjadi pada peristiwa Sumpah Pemuda. Di samping itu, bangsa yang kuat adalah bangsa yang bersatu, maka perpecahan di kalangan generasi muda adalah suatu permasalahan yang harus diantisipasi sedari dini. Jangan sampai, isu-isu sensitif yang berkaitan dengan agama dapat menimbulkan konflik ke depannya. 

 Adanya moderasi beragama diharapkan dapat membuat generasi muda bangsa Indonesia menyadari pentingnya kebhinnekaan yang dimiliki bangsa ini, termasuk dari keragaman agama itu sendiri. Menjadi umat beragama yang baik bukan berarti menganggap agama lain lebih buruk, melainkan menjadi sosok yang dapat bekerjasama di tengah perbedaan untuk mewujudkan peradaban yang lebih maju ke depannya. Menganut agama dengan baik bukan berarti hanya mengejar persoalan akhirat, tetapi juga dengan cara memberikan sumbangsih untuk kemajuan dunia saat ini. 

 Penguatan moderasi beragama untuk kalangan generasi muda saat ini sangatlah penting. Sikap saling memahami dan tolong-menolong di tengah perbedaan yang ditanamkan melalui moderasi beragama dapat membuat generasi muda menyadari pentingnya suatu kesatuan. Melalui persatuan, diharapkan generasi muda dapat melakukan berbagai inovasi ke depannya, tanpa memandang perbedaan latar belakang masing-masing. Maka dari itu, moderasi beragama dapat dikatakan berpotensi untuk memajukan bangsa Indonesia ke depannya, melalui peran generasi muda yang sadar akan pentingnya kesatuan di atas keberagaman.

Komentar

Postingan Populer