LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
A. Lingkungan Pendidikan Islam dalam Perspektif Al-Qur’an
1.
Pengertian Lingkungan Pendidikan
Islam
Pengertian lingkungan secara harfiah adalah segala
sesuatu yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya
dengan segala isinya, maupun berupa non-fisik, seperti suasana kehidupan
beragama, nilai-nilai dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang, serta teknologi.[1] Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata
‘lingkungan’ diartikan sebagai daerah, wilayah dan semua yang mempengaruhi
pertumbuhan manusia.
Arti yang lebih luas dari daerah dan wilayah adalah ardh.
Sedangkan dalam al-Mu'jam al Wasῑṫ kata ardh diartikan dengan
planet yang kita tempati dan bahagian bahagiannya dan istilah inilah yang
disejajarkan dengan lingkungan. Kata ardh dalam Al-Qur’an terulang
sebanyak 461 kali dalam 80 surah. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa ardh
(lingkungan) mendapat perhatian yang cukup besar.[2]
Menurut Abuddin Nata,
lingkungan adalah tempat kegiatan sesuatu atau tempat tinggal yang diistilahkan
dengan al-qaryah, kata al qaryah diketemukan di dalam Al Qur’an
sebanyak 56 kali yang dihubungkan dengan tingkah laku penduduknya,
sebagiannya ada yang berbuat baik lalu mendapatkan keamanan dan ketenangan, dan
sebaliknya ada yang berbuat jahat lalu mendapatkan siksaan dari Allah SWT.
Sedangkan Pendidikan atau dalam bahasa arab tarbiyah
dari sudut pandang etimologi berasal dari tiga kelompok kata yaitu 1). Rabaa-yarbuu
yang berarti bertambah dan bertumbuh, 2). Rabiya-yarba yang berarti
menjadi besar, 3). Rabba yarubbu yang berarti memperbaki, menguasai
urusan, menuntut, menjaga, dan memelihara. Pendidikan harus dipahami sebagai
suatu proses. Proses yang sedang mengalami pembaruan atau perubahan ke arah
yang lebih baik.[3]
Dari beberapa penjelasan tentang pengertian
lingkungan dan pendidikan, dapat simpulkan bahwa Lingkungan Pendidikan adalah
segala sesuatu yang mencakup iklim, geografis, adat istiadat, tempat tinggal
atau istiadat dan lainnya yang dapat memberikan penjelasan serta mempengaruhi
tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan anak untuk menjadi manusia yang lebih
baik yang mempunyai nilai tinggi, baik nilai insaniyah dan ilahiyah. Sejauh
manakah seseorang berhubungan dengan lingkungan, sejauh itu pula terbuka
peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya. [4] Tetapi
keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai
positif bagi perkembangan seseorang karena bisa saja merusak perkembangannya.
Lingkungan pendidikan juga didefinisikan sebagai
suatu institusi atau kelembagaan tempat pendidikan itu berlangsung. Dalam
beberapa sumber bacaan kependidikan, jarang dijumpai pendapat para ahli tentang
pengertian lingkungan pendidikan Islam. Kajian lingkungan pendidikan Islam (Tarbiyah
Islamiyah) biasanya terintegrasi secara implisit dengan pembahasan mengenai
macam-macam lingkungan pendidikan.
Dapat dipahami bahwa lingkungan
pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri
ke-Islaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.
Dalam alQur’an tidak dikemukakan penjelasan tentang lingkungan pendidikan Islam
tersebut, kecuali lingkungan pendidikan yang terdapat dalam praktik sejarah
yang digunakan sebagai tempat terselenggaranya pendidikan, seperti masjid,
rumah, sanggar para sastrawan, madrasah, dan universitas.[5]
2. Hubungan Manusia dengan Lingkungan Alam Menurut Al-Qur’an
a.
Hubungan Struktural
Dalam hubungan struktural
manusia berada dalam lingkungan dan merupakan bagian integral dari lingkungan.
Manusia diberi hak untuk memanfaatkan alam dalam batas-batas kewajaran
ekologis, tapi bukan hak untuk mengeksploitasi secara sewenang wenang
sebagaimana dipahami teologi antropocentrisme. Sebab manusia bukan
pemilik, pemilik yang hakiki adalah Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am (6)73:
Artinya:
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi
setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan
penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat
kebaikan.
Dalam hal ini menarik apa yang dikatakan oleh M.
Quraish Shihab yang mengatakan bahwa “hubungan antara manusia dengan alam bukan
merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan, tapi hubungan
kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah”. Karenanya hubungan manusia terhadap
lingkungan harus dibatasi oleh aturan Allah, jika tidak demikian pasti
penderitaan dan penindasan manusia atas manusia, atau dengan alam itu sendiri.[6]
Sebaliknya, Al-Qur’an juga tidak sependapat dengan
dengan ekatologiradikal yang menjadikan lingkungan sebagai pusat
segala-galanya yang menjadikan manusia menjadi paganisme yang mengarah
kepada kemusyrikan sebagaimana terjadi pada pemuja-muja batu, pohon lautan,
gunung dan sebagainya. Oleh karena itu peran manusia terhadap lingkungan berada
di garis yang moderat, tidak berada di kutup ekatoradikal secara ekstrim di
satu sisi, dan tidak pula di kutup antroposentrisme di sisi lain secara
ekstrim.[7]
1)
Sebagai Pengelola
Fungsi manusia di sini adalah
sebagai eksekutif pengelola lingkungan yang menerima mandat dan amanah dari
Tuhan untuk mengelola secara langsung. Fungsi manusia ini sebagaimana
sebagai pengelola ini terlihat dalam Qur’an Surat al-Baqarah
ayat 30 yang berbunyi:
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata,
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di
sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Ayat ini menjelaskan
penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi, yakni pemimpin atau pengurus yang
bertanggung jawab untuk mengelola bumi dan seluruh isinya. Allah mengetahui
potensi manusia untuk berbuat baik dan buruk, sehingga tanggung jawab ini
menjadi ujian bagi umat manusia. Sebagai khalifah, manusia diharapkan menjaga
alam, tidak merusak, dan menggunakan sumber daya secara bijaksana.[8]
2)
Sebagai Pelestari Lingkungan dan
Pengguna Sumber Daya Alam
Pelestarian merupakan padanan dari istilah
perlindungan atau conservation. Usaha pengembangan (developmental)
Pelestarian lingkungan termasuk dalam sistem keberimanan masyarakat beragama.
Bahwa sumber daya alam ciptaan Allah sebagai daya dukung bagi kehidupan secara
optimum. Manusia dan lingkungan merupakan simbiosis mutualisme, manusia butuh
lingkungan sebagai tempat dan sumber kehidupan, sementara lingkungan juga butuh
manusia, karena hanya melalui peran manusialah yang bisa mengembangkan alam
raya ini.[9]
Sebagaimana firman Allah dalam Qur’an Surah al-Qashas (28) ayat 77 yang berbunyi:
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا
تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ
وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ
الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya:
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu
di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah
tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
B.
Macam-Macam
Lingkungan Pendidikan Islam
1. Keluarga Sebagai Lingkungan Pendidikan Islam
Konsep pendidikan dalam keluarga adalah konsep
pendidikan yang menawarkan kepada orang tua pentingnya karakteristik dan
perilaku anak usia dini. Hal ini menjadi sangat penting mengingat potensi
kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam keluarga akan terjadi proses pendidikan,
maka keluarga memiliki tanggung jawab dan peran yang besar dalam pendidikan
anak-anaknya. Orang tua pada lingkungan ini menjadi pendidik dan anak menjadi
peserta didik.[10]
Informasi yang diberikan oleh Muhammad Fuad Abd Baqi
di dalam Al-Qur’an mengungkapkan bahwa keluarga terulang sebanyak 116 kali.
Kata-kata tersebut tidak selamanya berarti keluarga sebagaimana disebutkan di
atas, melainkan punya arti yang bermacam-macam.[11] Keluarga juga adalah lingkungan pendidikan Islam dalam
Al-Qur’an. Sebagaimana yang tertuang dalam Surah At-Tahrim ayat 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ
وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ
غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا
يُؤْمَرُوْنَ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.
Nilai-nilai
yang ditanamkan oleh seorang ibu dan ayah di dalam keluarga sangat berpengaruh
terhadap akhlak dan pemikiran anak di masa akan datang. Secara umum
kewajiban orangtua pada anak-anaknya adalah sebagai berikut:[12]
a. Mendoakan anak-anaknya dengan doa yang baik. Firman Allah Swt
dalam Surat. al-Furqan (25) ayat 74;
b. Orangtua jangan mengutuk anaknya dengan kutukan yang tidak
manusiawi dan memelihara anak dari api neraka. Firman Allah Swt dalam Surat
al-Tahrim (66) ayat 6;
c. Orangtua menyuruh anaknya untuk sholat, QS.Thaha (20) ayat 132
d. Orangtua menciptakan kedamaian dalam rumah tangga, QS. An-Nisa
(4) ayat 128;
e. Orangtua memberi pelajaran kepada anaknya yang dapat berbekas
pada jiwanya. Firman Allah dalam Surat Al-Nisa ayat 63;
f.
Orang tua bersikap
hati-hati terhadap anaknya, QS. Al Taghabuun (64) ayat 14;
g. Orangtua mendidik anak agar berbakti pada ibu bapaknya. Firman
Allah dalam Surat. al-Isra (17) ayat 23;
Pada tahun-tahun pertama,
orang tua memegang peranan utama dan memikul tanggung jawab pendidikan anak.
Pada saat ini pemeliharaan dan pembiasaan sangat penting dalam pelaksanaan
pendidikan. Kasih sayang orang tua yang tumbuh akibat dari hubungan darah
dan diberikan kepada anak secara wajar atau sesuai dengan kebutuhan, mempunyai
arti sangat penting bagi pertumbuhannya.[13]
Kekurangan belaian kasih sayang orang tua menjadikan anak keras kepala, sulit
diatur, mudah memberontsk dan lain-lain, tetapi sebaliknya kasih sayng yang
berlebihan menjadikan anak manja, penakut, tidak cepat hidup mandiri. Karena
itu harus pandai dan tepat memberi kasih sayang kepada anaknya jangan kurang
dan jangan pula berlebihan.[14]
Keluarga yang ideal ialah
keluarga yang mau memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan
pendidikan agama.[15]
Jika mereka mampu dan berkesempatan, maka mereka lakukan sendiri pendidikan
agama ini, tetapi apabila tidak mampu atau tidak berkesempatan, maka mereka
datangkan guru agama untuk memberikan pelajaran privat kepada anak-anak mereka.
Di samping itu mereka memberikan perhatian dan fasilitas-fasilitas lain yang
diperlukan.
2.
Sekolah/Madrasah, Pondok
Pesantren
Sekolah atau dalam Islam sering disebut madrasah, merupakan lembaga pendidikan formal, juga menentukan
membentuk kepribadian anak didik yang Islami. Sekolah bisa disebut sebagai
lembaga pendidikan kedua yang berperan dalam mendidik anak setelah keluarga.
Lingkungan sekolah madrasah merupakan lingkungan tempat peserta didik menyerap
nilai-nilai akademik termasuk bersosialisasi dengan guru dan teman sekolah.[16]
Di samping itu telah diakui berbagai pihak tentang
peran sekolah bagi pembentukan kepribadian anak sangat besar. Sekolah telah
membina anak tentang kecerdasan, sikap, minat dan sebagainya dengan gaya dan
caranya sendiri sehingga anak menaatinya. Karena itu dapatlah dikatakan sekolah
berpengaruh besar bagi jiwa dan keberagaman anak. Lingkungan
sekolah yang positif terhadap pendidikan islam yaitu lingkungan sekolah yang
memberikan fasilitas dan motivasi untuk berlangsungnya pendidikan agama ini.[17]
Apalagi kalau sekolah ini memberikan srana dan prasarana yang memadai untuk
penyelenggaraan pendidikan agama, maka dibuatkan pula tempat wudhu, tempat
ibadah diadakan buku-buku keIslaman di dalam perpustakaan sekolah dan diberikan
kesempatan yang luas untuk penyelenggaraan praktekpraktek ibadah dan peringatan
hari-hari besar islam dan lain-lain. Lingkungan sekolah demikian inilah yang
mampu membina anak rajin beribadah, berpandangan luas dan daya nalar kreatif.[18]
3. Tempat Ibadah
Yang dimaksud tempat ibadah
disini yaitu mushalla, masjid, dan lain-lain. Oleh umat islam tempat ini
digunakan untuk pendidikan dasar-dasar ke-Islaman. Pendidikan ini merupakan
kelanjutan dari pendidikan di dalam keluarga.[19]
Di tempat ini biasanya diadakan pendidikan dan pengajaran Islam baik individu
atau klasikal (dalam bentuk madrasah Diniyah), rutin maupun berkala.
Disamping itu, sering sekali diadakan pengajian-pengajian
umum seperti pengajian untuk peringatan hari-hari besar Islam, tabligh akhbar,
diskusi dan seminar. Mengenai pendidikan anak-anak (Madrasah Diniyah)
kurikulum dan penyelenggaraannya ada yang diatur oleh sekolah sendiri, tetapi
banyak yang mengikuti petunjuk aturan yang ditetapkan oleh Departemen Agama
Republik Indonesia. Tempat ibadah demikianlah yang
mampu menumbuhkan anak gemar beribadah, suka beramal, rajin berjamaah, serta
senang kepada amal jariyah.[20]
Disamping itu ada pula tempat ibadah yang didirikan hanya untuk shalat
berjamaah saja atau bahkan ada masjid yang hanya dipakai untuk shalat berjamaah
saja atau bahkan ada masjid yang hanya dipakai untuk shalat jum’at, kalaupun
ada shalat berjamaah, shalat fardhu jamaahnya jumlahnya sangat terbatas. Tempat
ibadah ini dapat menyuburkan kehidupan beragama di kalangan anak-anak sekalipun
tidak sekuat dangan pengaruh tempat ibadah yang pertama.
Masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal
menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, meskipun tidak mengikuti
peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. Masyarakat
yang beragam dapat mempengaruhi pendidikan peserta didik yang tinggal di
sekitarnya. Oleh sebab itu, dalam pendidikan Islam masyarakat dianggap
memiliki tanggung jawab dalam mendidik generasi muda tersebut.
Umat Islam dituntut untuk
memilih lingkungan yang mendukung pendidikan anak dan menghindari masyarakat
yang buruk. Sebab perkumpulan dan persekutuan hidup masyarakat yang
memberikan anak-anak untuk hidup dan mempraktekkan ajaran Islam rajin beramal,
cinta damai, toleransi, dan suka menyambung Ukhuwah Islamiah, sebaliknya
lingkungan yang tidak menghargai ajaran Islam maka
dapat menjadikan anak apatis atau masa bodoh kepada agama Islam.[21]
Apalagi masyarakat yang membenci kepada Islam, maka akhirnya anaknya akan benci
kepada islam. Menurut Drs. Abdurrahman Saleh ada tiga
macam pengaruh Lingkungan pendidikan terhadap perkembangan peserta didik yaitu:[22]
a.
Lingkungan yang acuh tak
acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini adakalanya berkeberatan terhadap
pendidikan agama, dan adakalanya pula agak sedikit tahu tentang hal itu.
b.
Lingkungan yang berpegang
kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsafan batin; biasanya lingkungan demikian
menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau
beragama secara kebetulan.
c.
Lingkungan yang memiliki
tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan agama. Lingkungan ini
memberikan motivasi (dorongan) yang kuat kepada anak-anak untuk memeluk dan
mengikuti pendidikan agama yang ada. Apabila lingkungan ini ditunjang oleh
pimpinan yang baik dan berkesempatan yang memadai, maka kemungkinan besar
hasilnya pun paling baik
C.
Pengaruh dan
Implementasi Lingkungan Pendidikan Menurut Perspektif Islam
1.
Pengaruh Lingkungan Pendidikan
Terdapat beberapa aliran yang berbicara tentang aspek
yang mempengaruhi pembentukan pribadi manusia. Nativisme misalnya, beranggapan
bahwa yang berperan membentuk pribadi manusia adalah pembawaanya, bukan
lingkungannya. Pada empirisme yang berperan membentuk pribadi manusia ialah
lingkungan, bukan pembawaannya. Dan pada konvergensi yang berperan membentuk
pribadi manusia ialah pembawaan dan lingkungannya secara sekaligus.[23]
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
"Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas
fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau
Nasrani." (HR Bukhari dan Muslim).
Kalangan para pendidik Islam banyak yang berpendapat
bahwa dalam hal proses dan faktor yang mempengaruhi pembentukan pribadi
masusia, Islam lebih cenderung kepada aliran konvergensi sebagaimana tersebut
di atas. Namun demikian, jika dilakukan analisis secara agak mendalam dan
seksama. Tampaknya ajaran Islam tidak menganut salah satu aliran tersebut, karena ketiga aliran tersebut semata-mata mengandalkan
pengaruh atau faktor yang berasal dari usaha manusia sendiri. Seluruh aliran
tersebut masih memusat pada usaha manusia (anthropocentris), dan belum
melibatkan peran Tuhan. Hal ini bertentangan dengan ideologi pendidikan Islam
yang bercorak humanisme teo-centris, yang intinya memadukan antara usaha
manusia dan pertolongan (hidayah) dari tuhan.[24]
Dengan demikian, proses
pendidikan dalam Islam dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor pembawaan
dalam diri manusia, faktor lingkungan, dan faktor hidayah dari Allah Ta’ala.
2. Implementasi Lingkungan Pendidikan Berbasis Al-Qur’an
Pendidikan Islam merupakan salah satu pilar penting
dalam perkembangan karakter dan spiritual individu. Dalam konteks ini, lingkungan
pendidikan Islam berbasis Al-Qur'an sangatlah krusial karena Al-Qur'an sebagai
kitab suci umat Islam tidak hanya berfungsi sebagai pedoman spiritual, tetapi
juga sebagai sumber ilmu, etika, dan moral.[25]
Implementasi lingkungan pendidikan yang berlandaskan ajaran-ajaran Al-Qur'an
memegang peranan signifikan dalam membentuk pemahaman dan pengamalan Islam yang
benar di kalangan umat. Dalam esai ini, kita akan membahas beberapa aspek
penting dari implementasi lingkungan pendidikan Islam berbasis Al-Qur'an.
a.
Kurikulum yang Integratif dengan
Nilai-Nilai Islam
Implementasi lingkungan pendidikan Islam berbasis
Al-Qur'an terwujud dalam kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai Al-Qur'an
dalam setiap aspek pembelajaran. Kurikulum ini tidak hanya mencakup pelajaran
agama, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam pelajaran umum.[26]
Misalnya, dalam mata pelajaran sains, siswa diajarkan untuk melihat tanda-tanda
kebesaran Allah dalam penciptaan alam semesta. Dengan cara ini, setiap disiplin
ilmu dapat dikaitkan dengan pemahaman tentang keesaan dan kekuasaan Allah,
sehingga menciptakan lingkungan belajar yang harmonis dan seimbang antara
pengetahuan duniawi dan spiritual.
b.
Penciptaan Suana yang Kondusif
untuk Praktik Ibadah
Lingkungan pendidikan Islam berbasis Al-Qur'an harus
menciptakan suasana yang kondusif untuk praktik ibadah. Salah satu ciri khas
pendidikan Islam adalah adanya kebiasaan melaksanakan shalat berjamaah, membaca
Al-Qur'an, dan dzikir dalam keseharian. Sekolah-sekolah yang mengadopsi pendekatan
ini biasanya menyediakan waktu khusus untuk pelaksanaan shalat dan kegiatan
keagamaan lainnya, seperti pengajian. Hal ini penting untuk mengingatkan siswa
akan kewajiban agama mereka dan untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Al-Qur'an
serta meningkatkan kedekatan mereka dengan Allah SWT.
c.
Penekanan pada Pengembangan
Karakter dan Moral Siswa
Lingkungan pendidikan yang ideal adalah yang mampu
menghasilkan iklim sosial yang mendukung pengembangan karakter dan moral siswa.
Dalam perspektif pendidikan Islam, karakter yang baik dibangun melalui
penerapan nilai-nilai yang ditekankan dalam Al-Qur'an, seperti kejujuran,
keadilan, kasih sayang, dan hormat kepada orang tua.[27]
Lingkungan pendidikan harus menjadi tempat di mana nilai-nilai tersebut
diajarkan tidak hanya dalam teori, tetapi juga dalam praktik. Misalnya, melalui
proyek-proyek sosial yang melibatkan siswa dalam kegiatan membantu masyarakat,
mendonorkan makanan, atau berpartisipasi dalam kegiatan amal, siswa dapat
belajar untuk menerapkan ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari mereka.[28]
d.
Pengintegrasian Teknologi dalam
Lingkungan
Lingkungan pendidikan Islam, yang umumnya berlandaskan
pada nilai-nilai luhur dan ajaran Syariah, dapat memanfaatkan teknologi untuk
mencapai tujuan pendidikan yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan
zaman. Salah satu cara lingkungan
pendidikan Islam mengintegrasikan teknologi adalah dengan pemanfaatan platform
digital dalam proses pembelajaran. Misalnya, lembaga pendidikan Islam dapat
menggunakan sistem manajemen pembelajaran (Learning Management System
atau LMS) yang memungkinkan pengajaran dilakukan secara daring. Dengan adanya
LMS, siswa dapat mengakses materi pembelajaran, mengikuti diskusi, dan
menyelesaikan tugas tanpa harus berada di lokasi fisik yang sama dengan
pengajar. Ini sangat bermanfaat bagi siswa yang tinggal di daerah terpencil, di
mana akses ke pendidikan formal mungkin terbatas.[29]
Selain itu, penggunaan teknologi juga dapat
meningkatkan interaktivitas dalam pembelajaran. Misalnya, video konferensi
dapat digunakan untuk mengadakan kelas jarak jauh, memungkinkan siswa untuk
berinteraksi langsung dengan pengajar dan teman-teman sekelas mereka.
Penggunaan aplikasi seperti Zoom atau Google Meet dalam konteks pendidikan
Islam bisa menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan kajian-kajian
keagamaan, diskusi kelompok, dan presentasi.[30]
Selain aspek akademik, integrasi teknologi dalam
lingkungan pendidikan Islam juga memiliki tujuan untuk mengembangkan
keterampilan digital siswa. Dalam dunia yang semakin terhubung, keterampilan
digital dianggap sebagai kompetensi dasar yang penting. Lingkungan pendidikan
Islam dapat merancang kurikulum yang mencakup pembelajaran mengenai etika
penggunaan teknologi, keamanan digital, serta bagaimana cara memanfaatkan teknologi
untuk penyebaran nilai-nilai Islam secara positif di media sosial.
Lebih jauh, teknologi dapat dimanfaatkan untuk
mendukung implementasi lingkungan pendidikan berbasis Al-Qur'an. Di era digital
seperti saat ini, pembelajaran berbasis online semakin berkembang. Dalam
konteks ini, aplikasi, website, atau platform pendidikan yang mengajarkan
Al-Qur'an dan nilai-nilai Islam dapat menjadi sarana efektif untuk menjangkau
lebih banyak siswa.[31]
Penggunaan media digital juga memungkinkan pengajaran Al-Qur'an dilakukan
secara interaktif dan menarik, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan
mengamalkan ajaran-ajaran tersebut.
Secara keseluruhan, implementasi lingkungan pendidikan
Islam berbasis Al-Qur'an mencakup penerapan kurikulum yang integratif, penciptaan
suasana ibadah yang kondusif, penekanan pada pengembangan karakter, pelatihan
bagi pendidik, pemanfaatan teknologi, dan evaluasi yang holistik.[32]
Semua elemen ini saling terkait dan memiliki peranan penting dalam menciptakan
lingkungan pendidikan yang tidak hanya menghasilkan individu yang
berpengetahuan, tetapi juga memiliki akhlak mulia dan kesadaran spiritual yang
tinggi. Dengan memfokuskan pada ajaran-ajaran Al-Qur'an, pendidikan Islam dapat
berkontribusi secara signifikan terhadap pembentukan masyarakat yang beradab
dan beriman.
[1] R Sari, “Al-Qur’an Sebagai Panduan Dalam
Pembentukan Lingkungan Pendidikan Yang Positif,” Jurnal Pendidikan Dan
Pendidikan Islam 4, no. 2 (2021): 99–112, https://doi.org/10.24087/jpdi.v4i2.2574.
[2] Sari.
[3] E Rasyid, “Etika Pendidikan Dalam Al-Qur’an:
Implikasi Bagi Lingkungan Sekolah,” Urnal Pendidikan Islam: Studi Dan
Penelitian 6, no. 2 (n.d.): 79–95, https://doi.org/10.2307/jpsi.v6i2.2986.
[4] R Situmorang, “Pendidikan Islam Dan
Pengembangan Karakter Di Sekolah Dasar.,” Jurnal Pendidikan Dasar Islam
3, no. 1 (2022): 55–70, https://doi.org/10.22487/jpdi.v3i1.1234.
[5] U Ahmad, “Pendidikan Karakter Berbasis
Nilai-Nilai Islam Dalam Lingkungan Pendidikan,” Jurnal Penelitian Pendidikan
Islam 8, no. 2 (2020): 123–40, https://doi.org/10.14421/jppi.v8i2.123.
[6] Rasyid, “Etika Pendidikan Dalam Al-Qur’an:
Implikasi Bagi Lingkungan Sekolah.”
[7] Sari, “Al-Qur’an Sebagai Panduan Dalam
Pembentukan Lingkungan Pendidikan Yang Positif.”
[8] S Ali, “Strategi Penerapan Pendidikan Islam
Dalam Masyarakat Modern,” Jurnal Ilmu Dan Pendidikan Islam 10, no.
113–128 (2019), https://doi.org/10.24042/jipi.v10i2.4434.
[9] M Mudhor, “Tantangan Pendidikan Islam Di Era
Digital,” Jurnal Pendidikan Islam Dan Ilmu Pendidikan 3, no. 2 (2017):
150–64, https://doi.org/10.14421/jpip.v3i2.150.
[10] Sanusi, “Lingkungan Keluarga Dan
Kontribusinya Terhadap Pendidikan Islam Anak.”
[11] S Kusuma, “Pengaruh Lingkungan Keluarga
Terhadap Proses Pendidikan Islam Anak,” Jurnal Studi Pendidikan Islam 6,
no. 2 (2021): 108–18, https://doi.org/10.22373/jspi.v6i2.2717.
[12] A Abdurrahman, “Peran Pendidikan Islam Dalam
Pembentukan Karakter Peserta Didik,” Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 1
(2018): 25–38, https://doi.org/10.14421/jpi.2018.71.25-38.
[13] Ningsih and Setiawan, “Implementasi
Nilai-Nilai Islam Dalam Pendidikan Karakter Di Sekolah.”
[14] Kusuma, “Pengaruh Lingkungan Keluarga
Terhadap Proses Pendidikan Islam Anak.”
[15] Sanusi, “Lingkungan Keluarga Dan
Kontribusinya Terhadap Pendidikan Islam Anak.”
[16] Muhammad Hidayat, “Pendidikan Berbasis
Al-Qur’an: Menggali Potensi Siswa Dalam Lingkungan Sekolah,” Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Islam 4, no. 2 (n.d.): 123–40,
https://doi.org/10.24042/jppi.v3i2.543.
[17] R Yuliana and M Suyadi, “Peran Guru Dalam
Mewujudkan Lingkungan Pendidikan Islam Yang Positif,” Jurnal Pendidikan
Islam: Studi Dan Penelitian 5, no. 1 (n.d.): 67–80,
https://doi.org/10.2307/jpi.v5i1.567.
[18] Abdurrahman, “Peran Pendidikan Islam Dalam
Pembentukan Karakter Peserta Didik.”
[19] Ali, “Strategi Penerapan Pendidikan Islam
Dalam Masyarakat Modern.”
[20] S.M Salleh, “A Framework for Islamic
Education Theory,” Islamic Education Studies 1, no. 1 (2021): 15–30.
[21] D Ratnawati, “Hubungan Antara Lingkungan
Pendidikan Islam Dengan Prestasi Belajar Siswa,” Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan 6, no. 88–99 (2021), https://doi.org/10.24036/jpk.v6i1.1743.
[22] Abdurrahman, “Peran Pendidikan Islam Dalam
Pembentukan Karakter Peserta Didik.”
[23] Ali, “Strategi Penerapan Pendidikan Islam
Dalam Masyarakat Modern.”
[24] A Luthfi, “Pendidikan Islam Di Era
Globalisasi: Peluang Dan Tantangan,” Jurnal Pendidikan Agama Islam 15,
no. 3 (2018): 234–46, https://doi.org/10.14421/jpai.v15i3.670.
[25] Hidayat, “Pendidikan Berbasis Al-Qur’an:
Menggali Potensi Siswa Dalam Lingkungan Sekolah.”
[26] H Prasetyo, “Integrasi Pendidikan Agama Dalam
Kurikulum Nasional Di Indonesia,” Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Islam
4, no. 1 (2020): 19–34, https://doi.org/10.24042/jpp.v4i1.374.
[27] Ningsih and Setiawan, “Implementasi
Nilai-Nilai Islam Dalam Pendidikan Karakter Di Sekolah.”
[28] N Hidayati, “Relevansi Pendidikan Islam
Terhadap Pengembangan Karakter Di Sekolah,” Jurnal Pendidikan Islam Indonesia
5, no. 1 (2020): 41–56, https://doi.org/10.14421/jpii.v5i1.1862.
[29] Ali, “Strategi Penerapan Pendidikan Islam
Dalam Masyarakat Modern.”
[30] Luthfi, “Pendidikan Islam Di Era Globalisasi:
Peluang Dan Tantangan.”
[31] Mudhor, “Tantangan Pendidikan Islam Di Era
Digital.”
[32] Ali, “Strategi Penerapan Pendidikan Islam
Dalam Masyarakat Modern.”
Komentar
Posting Komentar
silahkan berkomentar :)