LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

 


 Written by: Rofiqa Zulfa Salsabila

A.     Lingkungan Pendidikan Islam dalam Perspektif Al-Qur’an

1.   Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam

Pengertian lingkungan secara harfiah adalah segala sesuatu yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun berupa non-fisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang, serta teknologi.[1] Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata ‘lingkungan’ diartikan sebagai daerah, wilayah dan semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia.

Arti yang lebih luas dari daerah dan wilayah adalah ardh. Sedangkan dalam al-Mu'jam al Wasῑṫ kata ardh diartikan dengan planet yang kita tempati dan bahagian bahagiannya dan istilah inilah yang disejajarkan dengan lingkungan. Kata ardh dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 461 kali dalam 80 surah. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa ardh (lingkungan) mendapat perhatian yang cukup besar.[2]

Menurut Abuddin Nata, lingkungan adalah tempat kegiatan sesuatu atau tempat tinggal yang diistilahkan dengan al-qaryah, kata al qaryah diketemukan di dalam Al Qur’an sebanyak 56 kali yang dihubungkan dengan tingkah laku penduduknya, sebagiannya ada yang berbuat baik lalu mendapatkan keamanan dan ketenangan, dan sebaliknya ada yang berbuat jahat lalu mendapatkan siksaan dari Allah SWT.

Sedangkan Pendidikan atau dalam bahasa arab tarbiyah dari sudut pandang etimologi berasal dari tiga kelompok kata yaitu 1). Rabaa-yarbuu yang berarti bertambah dan bertumbuh, 2). Rabiya-yarba yang berarti menjadi besar, 3). Rabba yarubbu yang berarti memperbaki, menguasai urusan, menuntut, menjaga, dan memelihara. Pendidikan harus dipahami sebagai suatu proses. Proses yang sedang mengalami pembaruan atau perubahan ke arah yang lebih baik.[3]

Dari beberapa penjelasan tentang pengertian lingkungan dan pendidikan, dapat simpulkan bahwa Lingkungan Pendidikan adalah segala sesuatu yang mencakup iklim, geografis, adat istiadat, tempat tinggal atau istiadat dan lainnya yang dapat memberikan penjelasan serta mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan anak untuk menjadi manusia yang lebih baik yang mempunyai nilai tinggi, baik nilai insaniyah dan ilahiyah. Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungan, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya. [4] Tetapi keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai positif bagi perkembangan seseorang karena bisa saja merusak perkembangannya.

Lingkungan pendidikan juga didefinisikan sebagai suatu institusi atau kelembagaan tempat pendidikan itu berlangsung. Dalam beberapa sumber bacaan kependidikan, jarang dijumpai pendapat para ahli tentang pengertian lingkungan pendidikan Islam. Kajian lingkungan pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah) biasanya terintegrasi secara implisit dengan pembahasan mengenai macam-macam lingkungan pendidikan.

Dapat dipahami bahwa lingkungan pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik. Dalam alQur’an tidak dikemukakan penjelasan tentang lingkungan pendidikan Islam tersebut, kecuali lingkungan pendidikan yang terdapat dalam praktik sejarah yang digunakan sebagai tempat terselenggaranya pendidikan, seperti masjid, rumah, sanggar para sastrawan, madrasah, dan universitas.[5]

 

2.   Hubungan Manusia dengan Lingkungan Alam Menurut Al-Qur’an

a.   Hubungan Struktural

Dalam hubungan struktural manusia berada dalam lingkungan dan merupakan bagian integral dari lingkungan. Manusia diberi hak untuk memanfaatkan alam dalam batas-batas kewajaran ekologis, tapi bukan hak untuk mengeksploitasi secara sewenang wenang sebagaimana dipahami teologi antropocentrisme. Sebab manusia bukan pemilik, pemilik yang hakiki adalah Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am (6)73:

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

Artinya:

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.

Dalam hal ini menarik apa yang dikatakan oleh M. Quraish Shihab yang mengatakan bahwa “hubungan antara manusia dengan alam bukan merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan, tapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah”. Karenanya hubungan manusia terhadap lingkungan harus dibatasi oleh aturan Allah, jika tidak demikian pasti penderitaan dan penindasan manusia atas manusia, atau dengan alam itu sendiri.[6]

Sebaliknya, Al-Qur’an juga tidak sependapat dengan dengan ekatologiradikal yang menjadikan lingkungan sebagai pusat segala-galanya yang menjadikan manusia menjadi paganisme yang mengarah kepada kemusyrikan sebagaimana terjadi pada pemuja-muja batu, pohon lautan, gunung dan sebagainya. Oleh karena itu peran manusia terhadap lingkungan berada di garis yang moderat, tidak berada di kutup ekatoradikal secara ekstrim di satu sisi, dan tidak pula di kutup antroposentrisme di sisi lain secara ekstrim.[7]

b.   Hubungan Fungsional

1)   Sebagai Pengelola

Fungsi manusia di sini adalah sebagai eksekutif pengelola lingkungan yang menerima mandat dan amanah dari Tuhan untuk mengelola secara langsung. Fungsi manusia ini sebagaimana sebagai pengelola ini terlihat dalam Qur’an Surat al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Ayat ini menjelaskan penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi, yakni pemimpin atau pengurus yang bertanggung jawab untuk mengelola bumi dan seluruh isinya. Allah mengetahui potensi manusia untuk berbuat baik dan buruk, sehingga tanggung jawab ini menjadi ujian bagi umat manusia. Sebagai khalifah, manusia diharapkan menjaga alam, tidak merusak, dan menggunakan sumber daya secara bijaksana.[8]

2)   Sebagai Pelestari Lingkungan dan Pengguna Sumber Daya Alam

Pelestarian merupakan padanan dari istilah perlindungan atau conservation. Usaha pengembangan (developmental) Pelestarian lingkungan termasuk dalam sistem keberimanan masyarakat beragama. Bahwa sumber daya alam ciptaan Allah sebagai daya dukung bagi kehidupan secara optimum. Manusia dan lingkungan merupakan simbiosis mutualisme, manusia butuh lingkungan sebagai tempat dan sumber kehidupan, sementara lingkungan juga butuh manusia, karena hanya melalui peran manusialah yang bisa mengembangkan alam raya ini.[9]

Sebagaimana firman Allah dalam Qur’an Surah al-Qashas (28) ayat 77 yang berbunyi:

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Artinya:

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

 

B.      Macam-Macam Lingkungan Pendidikan Islam

1.     Keluarga Sebagai Lingkungan Pendidikan Islam

Konsep pendidikan dalam keluarga adalah konsep pendidikan yang menawarkan kepada orang tua pentingnya karakteristik dan perilaku anak usia dini. Hal ini menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam keluarga akan terjadi proses pendidikan, maka keluarga memiliki tanggung jawab dan peran yang besar dalam pendidikan anak-anaknya. Orang tua pada lingkungan ini menjadi pendidik dan anak menjadi peserta didik.[10]

Informasi yang diberikan oleh Muhammad Fuad Abd Baqi di dalam Al-Qur’an mengungkapkan bahwa keluarga terulang sebanyak 116 kali. Kata-kata tersebut tidak selamanya berarti keluarga sebagaimana disebutkan di atas, melainkan punya arti yang bermacam-macam.[11] Keluarga juga adalah lingkungan pendidikan Islam dalam Al-Qur’an. Sebagaimana yang tertuang dalam Surah At-Tahrim ayat 6:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Nilai-nilai yang ditanamkan oleh seorang ibu dan ayah di dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap akhlak dan pemikiran anak di masa akan datang. Secara umum kewajiban orangtua pada anak-anaknya adalah sebagai berikut:[12]

a.     Mendoakan anak-anaknya dengan doa yang baik. Firman Allah Swt dalam Surat. al-Furqan (25) ayat 74;

b.     Orangtua jangan mengutuk anaknya dengan kutukan yang tidak manusiawi dan memelihara anak dari api neraka. Firman Allah Swt dalam Surat al-Tahrim (66) ayat 6;

c.     Orangtua menyuruh anaknya untuk sholat, QS.Thaha (20) ayat 132

d.     Orangtua menciptakan kedamaian dalam rumah tangga, QS. An-Nisa (4) ayat 128;

e.     Orangtua memberi pelajaran kepada anaknya yang dapat berbekas pada jiwanya. Firman Allah dalam Surat Al-Nisa ayat 63;

f.      Orang tua bersikap hati-hati terhadap anaknya, QS. Al Taghabuun (64) ayat 14;

g.     Orangtua mendidik anak agar berbakti pada ibu bapaknya. Firman Allah dalam Surat. al-Isra (17) ayat 23;

Pada tahun-tahun pertama, orang tua memegang peranan utama dan memikul tanggung jawab pendidikan anak. Pada saat ini pemeliharaan dan pembiasaan sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan. Kasih sayang orang tua yang tumbuh akibat dari hubungan darah dan diberikan kepada anak secara wajar atau sesuai dengan kebutuhan, mempunyai arti sangat penting bagi pertumbuhannya.[13] Kekurangan belaian kasih sayang orang tua menjadikan anak keras kepala, sulit diatur, mudah memberontsk dan lain-lain, tetapi sebaliknya kasih sayng yang berlebihan menjadikan anak manja, penakut, tidak cepat hidup mandiri. Karena itu harus pandai dan tepat memberi kasih sayang kepada anaknya jangan kurang dan jangan pula berlebihan.[14]

Keluarga yang ideal ialah keluarga yang mau memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama.[15] Jika mereka mampu dan berkesempatan, maka mereka lakukan sendiri pendidikan agama ini, tetapi apabila tidak mampu atau tidak berkesempatan, maka mereka datangkan guru agama untuk memberikan pelajaran privat kepada anak-anak mereka. Di samping itu mereka memberikan perhatian dan fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan.

2.     Sekolah/Madrasah, Pondok Pesantren

Sekolah atau dalam Islam sering disebut madrasah, merupakan lembaga pendidikan formal, juga menentukan membentuk kepribadian anak didik yang Islami. Sekolah bisa disebut sebagai lembaga pendidikan kedua yang berperan dalam mendidik anak setelah keluarga. Lingkungan sekolah madrasah merupakan lingkungan tempat peserta didik menyerap nilai-nilai akademik termasuk bersosialisasi dengan guru dan teman sekolah.[16]

Iklim sekolah yang kondusif-akademik baik fisik maupun non-fisik merupakan landasan bagi penyelenggaraan pembelajaran yang efektif dan produktif, antara lain lingkungan yang aman, nyaman, dan tertib, serta ditunjang oleh optimisme dan harapan warga sekolah, kesehatan sekolah dan kegiatan-kegiatan yang berpusat pada perkembangan peserta didik.

Di samping itu telah diakui berbagai pihak tentang peran sekolah bagi pembentukan kepribadian anak sangat besar. Sekolah telah membina anak tentang kecerdasan, sikap, minat dan sebagainya dengan gaya dan caranya sendiri sehingga anak menaatinya. Karena itu dapatlah dikatakan sekolah berpengaruh besar bagi jiwa dan keberagaman anak. Lingkungan sekolah yang positif terhadap pendidikan islam yaitu lingkungan sekolah yang memberikan fasilitas dan motivasi untuk berlangsungnya pendidikan agama ini.[17] Apalagi kalau sekolah ini memberikan srana dan prasarana yang memadai untuk penyelenggaraan pendidikan agama, maka dibuatkan pula tempat wudhu, tempat ibadah diadakan buku-buku keIslaman di dalam perpustakaan sekolah dan diberikan kesempatan yang luas untuk penyelenggaraan praktekpraktek ibadah dan peringatan hari-hari besar islam dan lain-lain. Lingkungan sekolah demikian inilah yang mampu membina anak rajin beribadah, berpandangan luas dan daya nalar kreatif.[18]

3.     Tempat Ibadah

Yang dimaksud tempat ibadah disini yaitu mushalla, masjid, dan lain-lain. Oleh umat islam tempat ini digunakan untuk pendidikan dasar-dasar ke-Islaman. Pendidikan ini merupakan kelanjutan dari pendidikan di dalam keluarga.[19] Di tempat ini biasanya diadakan pendidikan dan pengajaran Islam baik individu atau klasikal (dalam bentuk madrasah Diniyah), rutin maupun berkala.

Disamping itu, sering sekali diadakan pengajian-pengajian umum seperti pengajian untuk peringatan hari-hari besar Islam, tabligh akhbar, diskusi dan seminar. Mengenai pendidikan anak-anak (Madrasah Diniyah) kurikulum dan penyelenggaraannya ada yang diatur oleh sekolah sendiri, tetapi banyak yang mengikuti petunjuk aturan yang ditetapkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia. Tempat ibadah demikianlah yang mampu menumbuhkan anak gemar beribadah, suka beramal, rajin berjamaah, serta senang kepada amal jariyah.[20] Disamping itu ada pula tempat ibadah yang didirikan hanya untuk shalat berjamaah saja atau bahkan ada masjid yang hanya dipakai untuk shalat berjamaah saja atau bahkan ada masjid yang hanya dipakai untuk shalat jum’at, kalaupun ada shalat berjamaah, shalat fardhu jamaahnya jumlahnya sangat terbatas. Tempat ibadah ini dapat menyuburkan kehidupan beragama di kalangan anak-anak sekalipun tidak sekuat dangan pengaruh tempat ibadah yang pertama.

4.     Masyarakat

Masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, meskipun tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. Masyarakat yang beragam dapat mempengaruhi pendidikan peserta didik yang tinggal di sekitarnya. Oleh sebab itu, dalam pendidikan Islam masyarakat dianggap memiliki tanggung jawab dalam mendidik generasi muda tersebut.

Umat Islam dituntut untuk memilih lingkungan yang mendukung pendidikan anak dan menghindari masyarakat yang buruk. Sebab perkumpulan dan persekutuan hidup masyarakat yang memberikan anak-anak untuk hidup dan mempraktekkan ajaran Islam rajin beramal, cinta damai, toleransi, dan suka menyambung Ukhuwah Islamiah, sebaliknya lingkungan yang tidak menghargai ajaran Islam maka dapat menjadikan anak apatis atau masa bodoh kepada agama Islam.[21] Apalagi masyarakat yang membenci kepada Islam, maka akhirnya anaknya akan benci kepada islam. Menurut Drs. Abdurrahman Saleh ada tiga macam pengaruh Lingkungan pendidikan terhadap perkembangan peserta didik yaitu:[22]

a.     Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini adakalanya berkeberatan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula agak sedikit tahu tentang hal itu.

b.     Lingkungan yang berpegang kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsafan batin; biasanya lingkungan demikian menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.

c.     Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan agama. Lingkungan ini memberikan motivasi (dorongan) yang kuat kepada anak-anak untuk memeluk dan mengikuti pendidikan agama yang ada. Apabila lingkungan ini ditunjang oleh pimpinan yang baik dan berkesempatan yang memadai, maka kemungkinan besar hasilnya pun paling baik

 

C.     Pengaruh dan Implementasi Lingkungan Pendidikan Menurut Perspektif Islam

1.     Pengaruh Lingkungan Pendidikan

Terdapat beberapa aliran yang berbicara tentang aspek yang mempengaruhi pembentukan pribadi manusia. Nativisme misalnya, beranggapan bahwa yang berperan membentuk pribadi manusia adalah pembawaanya, bukan lingkungannya. Pada empirisme yang berperan membentuk pribadi manusia ialah lingkungan, bukan pembawaannya. Dan pada konvergensi yang berperan membentuk pribadi manusia ialah pembawaan dan lingkungannya secara sekaligus.[23]

Dengan mengacu pada prinsip keseimbangan yang terdapat dalam ajaran Islam, yakni antara lahir (empirisme) dan batin (nativisme) serta hadits nabi yang artinya: Bahwa setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci, lalu kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak tersebut menjadi penganut Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

"Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani." (HR Bukhari dan Muslim).

Kalangan para pendidik Islam banyak yang berpendapat bahwa dalam hal proses dan faktor yang mempengaruhi pembentukan pribadi masusia, Islam lebih cenderung kepada aliran konvergensi sebagaimana tersebut di atas. Namun demikian, jika dilakukan analisis secara agak mendalam dan seksama. Tampaknya ajaran Islam tidak menganut salah satu aliran tersebut, karena ketiga aliran tersebut semata-mata mengandalkan pengaruh atau faktor yang berasal dari usaha manusia sendiri. Seluruh aliran tersebut masih memusat pada usaha manusia (anthropocentris), dan belum melibatkan peran Tuhan. Hal ini bertentangan dengan ideologi pendidikan Islam yang bercorak humanisme teo-centris, yang intinya memadukan antara usaha manusia dan pertolongan (hidayah) dari tuhan.[24]

Dengan demikian, proses pendidikan dalam Islam dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor pembawaan dalam diri manusia, faktor lingkungan, dan faktor hidayah dari Allah Ta’ala.

2.     Implementasi Lingkungan Pendidikan Berbasis Al-Qur’an

Pendidikan Islam merupakan salah satu pilar penting dalam perkembangan karakter dan spiritual individu. Dalam konteks ini, lingkungan pendidikan Islam berbasis Al-Qur'an sangatlah krusial karena Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam tidak hanya berfungsi sebagai pedoman spiritual, tetapi juga sebagai sumber ilmu, etika, dan moral.[25] Implementasi lingkungan pendidikan yang berlandaskan ajaran-ajaran Al-Qur'an memegang peranan signifikan dalam membentuk pemahaman dan pengamalan Islam yang benar di kalangan umat. Dalam esai ini, kita akan membahas beberapa aspek penting dari implementasi lingkungan pendidikan Islam berbasis Al-Qur'an.

a.     Kurikulum yang Integratif dengan Nilai-Nilai Islam

Implementasi lingkungan pendidikan Islam berbasis Al-Qur'an terwujud dalam kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai Al-Qur'an dalam setiap aspek pembelajaran. Kurikulum ini tidak hanya mencakup pelajaran agama, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam pelajaran umum.[26] Misalnya, dalam mata pelajaran sains, siswa diajarkan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan alam semesta. Dengan cara ini, setiap disiplin ilmu dapat dikaitkan dengan pemahaman tentang keesaan dan kekuasaan Allah, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang harmonis dan seimbang antara pengetahuan duniawi dan spiritual.

b.     Penciptaan Suana yang Kondusif untuk Praktik Ibadah

Lingkungan pendidikan Islam berbasis Al-Qur'an harus menciptakan suasana yang kondusif untuk praktik ibadah. Salah satu ciri khas pendidikan Islam adalah adanya kebiasaan melaksanakan shalat berjamaah, membaca Al-Qur'an, dan dzikir dalam keseharian. Sekolah-sekolah yang mengadopsi pendekatan ini biasanya menyediakan waktu khusus untuk pelaksanaan shalat dan kegiatan keagamaan lainnya, seperti pengajian. Hal ini penting untuk mengingatkan siswa akan kewajiban agama mereka dan untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Al-Qur'an serta meningkatkan kedekatan mereka dengan Allah SWT.

c.     Penekanan pada Pengembangan Karakter dan Moral Siswa

Lingkungan pendidikan yang ideal adalah yang mampu menghasilkan iklim sosial yang mendukung pengembangan karakter dan moral siswa. Dalam perspektif pendidikan Islam, karakter yang baik dibangun melalui penerapan nilai-nilai yang ditekankan dalam Al-Qur'an, seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan hormat kepada orang tua.[27] Lingkungan pendidikan harus menjadi tempat di mana nilai-nilai tersebut diajarkan tidak hanya dalam teori, tetapi juga dalam praktik. Misalnya, melalui proyek-proyek sosial yang melibatkan siswa dalam kegiatan membantu masyarakat, mendonorkan makanan, atau berpartisipasi dalam kegiatan amal, siswa dapat belajar untuk menerapkan ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari mereka.[28]

d.     Pengintegrasian Teknologi dalam Lingkungan

Lingkungan pendidikan Islam, yang umumnya berlandaskan pada nilai-nilai luhur dan ajaran Syariah, dapat memanfaatkan teknologi untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan zaman.  Salah satu cara lingkungan pendidikan Islam mengintegrasikan teknologi adalah dengan pemanfaatan platform digital dalam proses pembelajaran. Misalnya, lembaga pendidikan Islam dapat menggunakan sistem manajemen pembelajaran (Learning Management System atau LMS) yang memungkinkan pengajaran dilakukan secara daring. Dengan adanya LMS, siswa dapat mengakses materi pembelajaran, mengikuti diskusi, dan menyelesaikan tugas tanpa harus berada di lokasi fisik yang sama dengan pengajar. Ini sangat bermanfaat bagi siswa yang tinggal di daerah terpencil, di mana akses ke pendidikan formal mungkin terbatas.[29]

Selain itu, penggunaan teknologi juga dapat meningkatkan interaktivitas dalam pembelajaran. Misalnya, video konferensi dapat digunakan untuk mengadakan kelas jarak jauh, memungkinkan siswa untuk berinteraksi langsung dengan pengajar dan teman-teman sekelas mereka. Penggunaan aplikasi seperti Zoom atau Google Meet dalam konteks pendidikan Islam bisa menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan kajian-kajian keagamaan, diskusi kelompok, dan presentasi.[30]

Selain aspek akademik, integrasi teknologi dalam lingkungan pendidikan Islam juga memiliki tujuan untuk mengembangkan keterampilan digital siswa. Dalam dunia yang semakin terhubung, keterampilan digital dianggap sebagai kompetensi dasar yang penting. Lingkungan pendidikan Islam dapat merancang kurikulum yang mencakup pembelajaran mengenai etika penggunaan teknologi, keamanan digital, serta bagaimana cara memanfaatkan teknologi untuk penyebaran nilai-nilai Islam secara positif di media sosial.

Lebih jauh, teknologi dapat dimanfaatkan untuk mendukung implementasi lingkungan pendidikan berbasis Al-Qur'an. Di era digital seperti saat ini, pembelajaran berbasis online semakin berkembang. Dalam konteks ini, aplikasi, website, atau platform pendidikan yang mengajarkan Al-Qur'an dan nilai-nilai Islam dapat menjadi sarana efektif untuk menjangkau lebih banyak siswa.[31] Penggunaan media digital juga memungkinkan pengajaran Al-Qur'an dilakukan secara interaktif dan menarik, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran tersebut.

Secara keseluruhan, implementasi lingkungan pendidikan Islam berbasis Al-Qur'an mencakup penerapan kurikulum yang integratif, penciptaan suasana ibadah yang kondusif, penekanan pada pengembangan karakter, pelatihan bagi pendidik, pemanfaatan teknologi, dan evaluasi yang holistik.[32] Semua elemen ini saling terkait dan memiliki peranan penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak hanya menghasilkan individu yang berpengetahuan, tetapi juga memiliki akhlak mulia dan kesadaran spiritual yang tinggi. Dengan memfokuskan pada ajaran-ajaran Al-Qur'an, pendidikan Islam dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pembentukan masyarakat yang beradab dan beriman.



[1] R Sari, “Al-Qur’an Sebagai Panduan Dalam Pembentukan Lingkungan Pendidikan Yang Positif,” Jurnal Pendidikan Dan Pendidikan Islam 4, no. 2 (2021): 99–112, https://doi.org/10.24087/jpdi.v4i2.2574.

[2] Sari.

[3] E Rasyid, “Etika Pendidikan Dalam Al-Qur’an: Implikasi Bagi Lingkungan Sekolah,” Urnal Pendidikan Islam: Studi Dan Penelitian 6, no. 2 (n.d.): 79–95, https://doi.org/10.2307/jpsi.v6i2.2986.

[4] R Situmorang, “Pendidikan Islam Dan Pengembangan Karakter Di Sekolah Dasar.,” Jurnal Pendidikan Dasar Islam 3, no. 1 (2022): 55–70, https://doi.org/10.22487/jpdi.v3i1.1234.

[5] U Ahmad, “Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Islam Dalam Lingkungan Pendidikan,” Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 8, no. 2 (2020): 123–40, https://doi.org/10.14421/jppi.v8i2.123.

[6] Rasyid, “Etika Pendidikan Dalam Al-Qur’an: Implikasi Bagi Lingkungan Sekolah.”

[7] Sari, “Al-Qur’an Sebagai Panduan Dalam Pembentukan Lingkungan Pendidikan Yang Positif.”

[8] S Ali, “Strategi Penerapan Pendidikan Islam Dalam Masyarakat Modern,” Jurnal Ilmu Dan Pendidikan Islam 10, no. 113–128 (2019), https://doi.org/10.24042/jipi.v10i2.4434.

[9] M Mudhor, “Tantangan Pendidikan Islam Di Era Digital,” Jurnal Pendidikan Islam Dan Ilmu Pendidikan 3, no. 2 (2017): 150–64, https://doi.org/10.14421/jpip.v3i2.150.

[10] Sanusi, “Lingkungan Keluarga Dan Kontribusinya Terhadap Pendidikan Islam Anak.”

[11] S Kusuma, “Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Proses Pendidikan Islam Anak,” Jurnal Studi Pendidikan Islam 6, no. 2 (2021): 108–18, https://doi.org/10.22373/jspi.v6i2.2717.

[12] A Abdurrahman, “Peran Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik,” Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 1 (2018): 25–38, https://doi.org/10.14421/jpi.2018.71.25-38.

[13] Ningsih and Setiawan, “Implementasi Nilai-Nilai Islam Dalam Pendidikan Karakter Di Sekolah.”

[14] Kusuma, “Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Proses Pendidikan Islam Anak.”

[15] Sanusi, “Lingkungan Keluarga Dan Kontribusinya Terhadap Pendidikan Islam Anak.”

[16] Muhammad Hidayat, “Pendidikan Berbasis Al-Qur’an: Menggali Potensi Siswa Dalam Lingkungan Sekolah,” Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Islam 4, no. 2 (n.d.): 123–40, https://doi.org/10.24042/jppi.v3i2.543.

[17] R Yuliana and M Suyadi, “Peran Guru Dalam Mewujudkan Lingkungan Pendidikan Islam Yang Positif,” Jurnal Pendidikan Islam: Studi Dan Penelitian 5, no. 1 (n.d.): 67–80, https://doi.org/10.2307/jpi.v5i1.567.

[18] Abdurrahman, “Peran Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik.”

[19] Ali, “Strategi Penerapan Pendidikan Islam Dalam Masyarakat Modern.”

[20] S.M Salleh, “A Framework for Islamic Education Theory,” Islamic Education Studies 1, no. 1 (2021): 15–30.

[21] D Ratnawati, “Hubungan Antara Lingkungan Pendidikan Islam Dengan Prestasi Belajar Siswa,” Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan 6, no. 88–99 (2021), https://doi.org/10.24036/jpk.v6i1.1743.

[22] Abdurrahman, “Peran Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik.”

[23] Ali, “Strategi Penerapan Pendidikan Islam Dalam Masyarakat Modern.”

[24] A Luthfi, “Pendidikan Islam Di Era Globalisasi: Peluang Dan Tantangan,” Jurnal Pendidikan Agama Islam 15, no. 3 (2018): 234–46, https://doi.org/10.14421/jpai.v15i3.670.

[25] Hidayat, “Pendidikan Berbasis Al-Qur’an: Menggali Potensi Siswa Dalam Lingkungan Sekolah.”

[26] H Prasetyo, “Integrasi Pendidikan Agama Dalam Kurikulum Nasional Di Indonesia,” Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Islam 4, no. 1 (2020): 19–34, https://doi.org/10.24042/jpp.v4i1.374.

[27] Ningsih and Setiawan, “Implementasi Nilai-Nilai Islam Dalam Pendidikan Karakter Di Sekolah.”

[28] N Hidayati, “Relevansi Pendidikan Islam Terhadap Pengembangan Karakter Di Sekolah,” Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 5, no. 1 (2020): 41–56, https://doi.org/10.14421/jpii.v5i1.1862.

[29] Ali, “Strategi Penerapan Pendidikan Islam Dalam Masyarakat Modern.”

[30] Luthfi, “Pendidikan Islam Di Era Globalisasi: Peluang Dan Tantangan.”

[31] Mudhor, “Tantangan Pendidikan Islam Di Era Digital.”

[32] Ali, “Strategi Penerapan Pendidikan Islam Dalam Masyarakat Modern.”

Komentar

Postingan Populer